Formula nutrisi
Tanaman Hidroponik - Suplai kebutuhan nutrisi untuk tanaman dalam sistem
hidroponik sangat penting untuk diperhatikan.
Dua faktor penting dalam formula larutan nutrisi, terutama jika larutan
yang digunakan akan disirkulasi (“closed system”) adalah komposisi larutan dan konsentrasi larutan (Bugbee 2003). Kedua faktor ini sangat menentukan produksi
tanaman. Setiap jenis tanaman, bahkan
antar varietas, membutuhkan keseimbangan jumlah dan komposisi larutan nutrisi
yang berbeda. Menurut Marvel (1974),
tidak ada satu jenis formula larutan nutrisi yang berlaku untuk semua
komoditas. Beberapa faktor penting dalam menentukan
formula nutrisi hidroponik (Hochmuth dan Hochmuth 2003 ) adalah :
- garam yang mudah larut dalam air;
- kandungan sodium, khlorida, amonium dan nitrogen organik, atau unsur-unsur yang tidak dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman harus diminimalkan;
- komposisi digunakan bahan yang bersifat tidak antagonis satu dengan yang lainnya; dan 4) dipilih yang ekonomis.
Dari beberapa pustaka
banyak dijumpai berbagai macam formula larutan nutrisi untuk kultur hidroponik,
seperti larutan Hoagland, larutan Schippers, larutan Marvel dan
sebagainya. Kebutuhan larutan
nutrisi baik komposisi maupun konsentrasinya yang
dibutuhkan tanaman akan sangat bervariasi tergantung pada jenis tanaman, fase
pertumbuhan serta kondisi lingkungannya (Marvel 1974). Menurut Chong dan Ito (1982), suhu larutan pada sistem NFT (“Nutrient Film
Technique”) mempengaruhi jumlah larutan nutrisi yang dikonsumsi oleh tanaman
tomat. Dalam keadaan suhu kamar di musim
panas, pemberian larutan nutrisi sebanyak 2 liter per tanaman per hari pada
fase reproduktif cukup memadai untuk tanaman tomat.
Selanjutnya aplikasi larutan nutrisi pada kultur hidroponik
secara prinsip juga tergantung pada metode yang akan diterapkan. Beberapa metode tersebut antara lain adalah
sebagai yang tertera pada uraian berikut ini (Jensen 1990).
- Kultur pot atau polybag. Dengan metode ini sistem pemberian larutan nutrisi dapat dilakukan secara manual atau irigasi tetes (“drip irrigation”) dengan frekuensi 3-5 kali per hari, tergantung pada kebutuhan tanaman, macam media tumbuh, dan cuaca/kondisi lingkungan. Sistem irigasi tetes lebih mudah, menghemat tenaga dan waktu, tetapi kendalanya adalah saluran irigasi sering tersumbat sehingga aliran nutrisi terhambat.
- Kultur bedeng dengan sistem NFT. Sistem pemberian larutan nutrisi yang digunakan adalah melalui perputaran aliran larutan nutrisi yang dibantu oleh pompa mesin atau dapat pula menggunakan cara yang lebih sederhana (tanpa pompa) yaitu menggunakan gaya grafitasi.[ht]