Cara Bertanam Tomat Hidroponik

Cara Bertanam Tomat Hidroponik - Tomat merupakan tanaman sayur yang toleran terhadap ketinggian tempat. Tanah yang gembur dan kaya unsur hara sangat disukai tomat untuk pertumbuhan yang optimal. Tomat menyukai tanah yang tergolong asam dengan pH 5,0-6,0. Air merupakan kebutuhan mutlak bagi tomat, namun kelebihan air tidak disukainya. Tomat memegang peranan penting dalam pemenuhan gizi masyarakat. Dalam bua tomat banyak mengandung zat-zat yang berguna bagi tubuh manusia antara lain vitamin C, vitamin A, dan mineral.
Dewasa ini perkembangan industri semakin maju dengan pesat. Perkembangan tersebut banyak yang menggeser lahan pertanian, lebih-lebih di daerah perkotaan. Akibatnya, lahan pertanian semakin sempit. Disisi lain kebutuhan akan hasil pertanian semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk. Oleh karena itu perlu dipikirkan jalan keluar untuk mengatasi kondisi tersebut. Hidroponik merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan produktivitas tanaman, terutama pada lahan sempit. Dengan  adanya kemajuan teknologi pertanian memungkinkan penanaman sayuran di luar musimnya. Untuk itu, digunakan green house dan umumnya dilakukan dengan sistem hidroponik. Oleh karena itu, kebutuhan akan sayuran dapat terpenuhi dan kontinyuitasnya dapat lebih terjaga. Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai media pertanamannya.

Perkembangan hidroponik di Indonesia masih sangat terbatas karena masih dipandang sebagai suatu teknologi yang memerlukan biaya mahal. Namun hasil observasi secara umum memberikan gambaran sementara bahwa status pertanian hidroponik di Indonesia menunjukkan perkembangan cukup baik, walaupun kontribusi terhadap produksi total buah/sayur relatif masih kecil.  Masyarakat mulai menyadari bahwa sayuran dan buah yang beredar di pasar sekarang ini telah terancam pencemaran residu pestisida, tidak terkecuali tomat. Berawal dari kesadaran ini orang mulai memilih produk yang berkualitas dan bebas residu berbahaya walaupun harus membayar sedikit lebih mahal. Kebutuhan konsumen akan produk yang berkualitas tersebut dapat dipenuhi dengan membudidayakannya dalam lingkungan terkendali dengan memanfaatkan teknologi hidroponik.
Produksi sayuran dan buah yang diperoleh dengan sistem hidroponik ini lebih disukai oleh konsumen, karena terbebas dari penggunaan pestisida anorganik. Penggunaan pestisida anorganik ini dapat mencemari jaringan tanaman yang akan berakibat pula pada konsumen. Beberapa  kelebihan hidroponik dibandingkan dengan penanaman di media tanah antara lain adalah kebersihannya lebih mudah terjaga, tidak ada masalah berat seperti pengolahan tanah dan gulma, penggunaan pupuk dan air sangat efisien, tanaman dapat diusahakan terus tanpa tergantung musim, tanaman berproduksi dengan kualitas yang tinggi, produktivitas tanaman lebih tinggi, tanaman lebih mudah diseleksi dan dikontrol dengan baik dan dapat diusahakan di lahan yang sempit. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan teknologi hidroponik yang bersifat tepat guna antara lain berkaitan dengan pemilihan media tanam (substrat) dan pengaturan komposisi nutrisi yang digunakan. Berkaitan dengan hal tersebut maka perlu diupayakan pengembangan sistem pemberian larutan nutrisi yang efisien dengan mempertimbangkan jenis substrat serta komposisi larutan nutrisi yang digunakan.
Kebutuhan hara berdasar suplai dari luar, larutan nutrisi yang diberikan terdiri atas garam-garam makro dan mikro yang dibuat dalam larutan stok A dan B. Larutan nutrisi stok A terdiri atas unsur N, K, Ca, dan Fe, sedangkan stok B terdiri atas unsur P, Mg, S, B, Mn, Cu, Na, Mo, dan Zn. Selain itu, nutrisi yang terdiri dari unsur hara makro dan mikro merupakan hara yang mutlak diperlukan untuk memperbaiki pertumbuhan tanaman. Pupuk daun dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif sumber larutan nutrisi. Selain praktis, pupuk daun juga mudah diperoleh di pasaran. Penggunaan pupuk daun ini dapat dimodifikasi dengan pupuk majemuk yang telah tersedia di pasaran. Pengembangan jenis substrat terutama untuk mengantisipasi kemungkinan penggunaan limbah yang tersedia di daerah, misal sekam padi, jerami padi, serbuk gergaji atau sabut kelapa.  Media yang dapat digunakan untuk hidroponik hendaknya bersifat porous dan ringan. Pilihan jenis media ditentukan oleh jenis hidroponik yang akan digunakan dan jenis tanaman yang akan ditanam. Komposisi substrat atau media yang dipilih dapat memberikan pengaruh positif pada proses budidaya.
Bunga merupakan indikator bahwa tanaman telah masuk pada fase  reproduktif. Untuk pembentukan bunga tanaman membutuhkan asimilat yang lebih banyak daripada fase vegetatif, karena bunga merupakan organ penarik asimilat yang kuat. Pada umumnya tanaman hanya dapat menghasilkan bunga bilamana telah dewasa, cukup besar, dan mengandung banyak zat-zat cadangan terutama karbohidrat, yang kelak akan dipakai sebagai bahan utama untuk pembentukan bunga. Saat berbunga dihitung dengan mencatat jumlah hari saat bunga mulai  terlihat kuncupnya pada tiap tanaman. Hasil analisis ragam taraf 5% menunjukkan bahwa perlakuan macam komposisi nutrisi dan interaksi antara macam media dan macam komposisi nutrisi memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata terhadap saat berbunga, sedangkan macam media memberikan pengaruh nyata terhadap variabel saat berbunga. Buah merupakan bakal buah (ovarium) yang telah masak dan mengalami proses pembuahan. Pembentukan buah dimulai dengan perubahan dari bunga ke buah dengan ciri layu dan gugurnya mahkota bunga dan kadang-kadang benang sari juga. Jumlah buah merupakan jumlah seluruh buah yang dipanen pada tiap tanaman dari awal sampai akhir panen. Suatu buah dianggap dewasa apabila telah mencapai ukuran maksimum dan laju pertambahan berat keringnya menjadi nol, buah yang dewasa matang dengan melalui serangkaian peristiwa enzimatis dan biokimia yang berakibat terjadinya perubahan komposisi kimia.

Bobot buah merupakan bobot seluruh buah yang dipanen dari awal sampai akhir pada tiap tanaman. Hasil analisis ragam taraf 5% menunjukkan bahwa perlakuan macam media, macam komposisi nutrisi, dan interaksi antara macam media dan macam komposisi nutrisi memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata terhadap bobot buah total. Meningkatnya produktivitas metabolisme pada tanaman akan lebih banyak membutuhkan unsur hara dan meningkatkan penyerapan air yang mengakibatkan bertambahnya bobot buah. Hal ini dikarenakan, bobot buah dipengaruhi oleh kandungan air. Bobot buah erat hubungannya dengan jumlah sel, peningkatan pengendapan atau penimbunan zat makanan, serta perkembangan ruang-ruang inter seluler. Unsur hara yang berperan penting dalam pembentukan buah adalah kalium (K). Kalium berguna untuk memacu translokasi karbohidrat dari daun ke organ tanaman yang lain terutama organ tanaman penyimpan karbohidrat dan mengatur pembentukan protein dan buah. Berdasarkan analisis hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa macam media arang sekam dapat mempercepat terjadinya pembungaan, dan interaksinya dengan nutrisi N1 (Mix A dan B standart Joro) memberikan hasil yang lebih baik terhadap tinggi tanaman, jumlah buah, bobot buah, dan diameter buah tomat.[ht]